Rabu, 20 Oktober 2010

SETAHUN SBY-BOEDIONO Desain Ulang Sistem Pendidikan!

Diposting oleh Titin Suria di 00.50 1 komentar
Rabu, 20 Oktober 2010 | 10:28 WIB
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Siswa kelas III SD Negeri Wonoagung 2 belajar di ruang kelas yang kondisinya memperihatinkan di Desa Wonoagung, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (9/10/2009).
JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem pendidikan nasional harus didesain ulang karena kenyataannya telah melahirkan kesenjangan akses pendidikan yang semakin lebar serta meninggalkan karakter bangsa. Padahal, tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan para pendiri bangsa adalah masyarakat yang cerdas, berkeadilan, serta berkarakter keindonesiaan.

Sejumlah praktisi, pengamat, dan sastrawan, Selasa (19/10/2010), menyatakan, setahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, kesenjangan terhadap akses pendidikan belum teratasi. Biaya pendidikan semakin mahal serta pendidikan untuk melahirkan generasi berkualitas secara keilmuan dengan karakter keindonesiaan yang kuat tercerabut dari desain pendidikan nasional.

Pengamat pendidikan, HAR Tilaar, mengatakan, acuan sistem pendidikan nasional yang berkiblat kepada negara-negara maju, terutama yang tergabung dalam Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), menciptakan kesenjangan akses dan mutu pendidikan yang semakin lebar antara sekolah yang berstandar pelayanan minimal, sekolah standar nasional, dan sekolah bertaraf internasional. ”Padahal, semestinya bangsa ini harus memperjuangkan pemerataan dan keadilan pendidikan terlebih dahulu,” ujarnya.

Pendidikan selama puluhan tahun belum bisa menopang pengentasan kemiskinan. Kenyataannya, hampir 1,7 juta anak usia 6-15 tahun tidak tamat SMP. Padahal, mereka itu seharusnya mendapatkan hak dasar pendidikan sembilan tahun yang menjadi tanggung jawab negara.

Sebanyak 30 persen lulusan SMP tidak bisa melanjut pendidikan. Adapun lulusan SMA yang tak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi hampir 60 persen.

Pendidikan itu tidak cuma untuk menciptakan anak pandai, tetapi juga harus membentuk warga yang berkarakter.
Bagikan beasiswa 

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, sulitnya siswa miskin menikmati pendidikan tinggi memang menjadi persoalan serius.

”Mata rantai kemiskinan di keluarga harus diputus dengan memberikan akses seluas-luasnya bagi anak miskin untuk sekolah dan kuliah,” kata Mohammad Nuh. Langkah yang ditempuh pemerintah, antara lain, memberikan berbagai beasiswa untuk siswa miskin serta mengalokasikan 20 persen dari kapasitas kursi perguruan tinggi negeri untuk mahasiswa miskin.

Muslimin Nasution, Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), mengatakan, arsitektur pendidikan telah salah mendesain pendidikan nasional. ”Pendidikan itu tidak cuma untuk menciptakan anak pandai, tetapi juga harus membentuk warga yang berkarakter,” ujarnya.

Sastrawan Acep Zamzam Noor mengatakan, pendidikan sekarang mengabaikan pembelajaran sastra. Padahal, sastra ikut memengaruhi pembentukan karakter siswa. Pada zaman penjajahan Belanda, setiap siswa harus membaca 25 buku sastra dalam setahun. ”Sekarang, belum tentu siswa membaca satu buku sastra dalam setahun,” ujar Acep dalam Sarasehan Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta. 
(ELN/IRE

Analisa :
Satu tahun sudah Presiden dan Wakilnya menjabat di negara Indonesia, tentu saja hal ini menjadi perayaan namun sekaligus mengajak semua untuk mereview ulang, apa yang telah dihasilkan selama ini, apakah negara Ini sudah menjadi lebih berkembang? apakah sudah bisa mulai dibanding-bandingkan dengan negara maju lainnya? Jawabannya adalah tentu saja belum, karena kurun waktu satu tahun dinilai cukup singkat untuk merehab suatu negara. Karena kemajuan negara ini mencakup akan banyak hal dan salah satunya adalah tentang pendidikan.
Pendidikan sangat berperan penting didalam suatu negara, dimana dengan pendidikan itu seseorang memperoleh ilmu, juga sangat membantu membangun karakter yang baik bagi orang itu. Dapat dibayangkan jika suatu negara berisi orang-orang yang berkarakter buruk, maka negara ini tidak akan bisa maju tentunya. Oleh karena itu, perlu dihimbau kepada pemimpin negara untuk memperhatikan sistem pendidikan Rakyat Indonesia saat ini, perlu didesain ulang suatu sistem yang dinilai belum efektif, yang mana selama setahun ini belum kelihatan perubahannya.
Menurut saya, pembenahan pendidikan di Indonesia dapat dimulai dari daerah yang lebih terpencil, kalau di kota-kota sudah dinilai lumayan, dimana masyarakat kota sudah menyadari tentang pentingnya pendidikan untuk meningkatkan mutu hidupnya. Banyak diantara masyarakat kota yang setelah tamat SMU/SMK berbondong-bondong mendaftarkan diri ke universitas favorit masing2. Lain keadaannya dengan masyarakat di daerah terpencil, hidup mereka untuk mempertahankan hidup saja dianggap sangat susah, apalagi memikirkan pendidikan. Hanya sebagian kecil dari orang tua mereka yang memilki pikiran untuk merubah nasib mereka dengan menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi.
Selain di daerah terpencil, pemerintah juga perlu gesit dalam menangani korban-korban bencana alam yang sering menimpa Indonesia karena hal ini juga memperburuk pendidikan, yang mana semua sekolah-sekolah hancur ataupun sudah tidak layak untuk digunakan oleh para pelajar. Jika pemerintah bertele-tele akan hal ini, dapat dipastikan pendidikan di negara ini bisa semakin rusak. Semangat anak-anak akan merenggang untuk sekolah kembali jika sudah sekian lama tidak duduk di bangku sekolahnya, sifat malas itulah yang paling cepat menggerogoti negeri ini.
Maka dari itu, dihimbau agar Pemerintah dapat segera bertindak dengan desain sistem yang baru.. Untuk menuju Indonesia yang semakin maju dan berkembang terutama di dunia pendidikan.

 

Tin's Blog Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei